Saturday 10 November 2012

Indulgence in Death

Judul: Indulgence in Death
Pengarang: J.D. Robb
Bahasa: Inggris
Tebal: 352 halaman
Format: paperback
Penerbit: Berkley
Seri/ standalone?: buku ke-31 dalam seri In Death
Harga: Rp30.000,00 (bekas)


Buku ke-31 dalam seri In Death ini seru >_<
Mengapa? Karena kasus pembunuhannya yang tidak biasa. Tidak biasa di mananya? Di metode pemilihan korban, karena korban sepertinya tidak memiliki kesamaan apapun. Begitulah.

Eve Dallas dan suaminya, Roarke, tetap menjadi satu tim yang solid. Dalam buku ini, pengarang seperti berusaha 'membela' Eve yang dikritisi karena pernikahannya dengan Roarke. Eh... Memang harus diakui kalau mereka jatuh cinta terlalu cepat dan terlalu mudah. Dalam kehidupan pernikahan juga Eve lebih banyak dibantu oleh Roarke. Eve itu lama-kelamaan jadi makin bergantung pada Roarke, sedangkan Roarke ya tetap Roarke. Kesannya, Eve memanfaatkan Roarke dan uangnya. Intinya, kalau Eve pergi Roarke tidak akan terlalu 'jatuh', sebaliknya dengan Eve. Pengarang berusaha menjelaskan bahwa Eve tidak pernah memanfaatkan Roarke dan hartanya. Eve mencintai Roarke apa adanya. Tetapi tetap saja harus diakui bahwa: 1.) Eve memang terasa memanfaatkan Roarke, harta, keterampilan, dan koneksinya dan 2.)Eve yang sekarang akan sangat kacau jika Roarke tidak ada, karena dia bergantung banyak pada suaminya itu. Tetapi. Eve tidak memanfaatkan dalam arti jelek seperti orang memanfaatkan orang lain yang habis manis sepah dibuang atau untuk keuntungannya sendiri. Eve itu meminta tolong, dan memang benar sih, kalau sumber daya yang ada tidak dimanfaatkan, kan sia-sia.

Dalam buku ini, kita diajak melihat mentalitas orang kaya yang sudah 'kelenger'. Sudah ngawur. Saking ngawurnya, manusia yang tidak sederajat dengannya alias tidak berdarah biru dianggap tidak pantas untuk diperhatikan. Apa sih maksudnya berdarah biru di Amerika? Maksudnya adalah turunan 'old money', pewaris usaha yang sudah berjalan turun-temurun. Hal yang mereka rasakan dan praktikkan itu jelas salah. Sangat salah. Kita harus selalu menganggap manusia sebagai manusia, bukan benda, seperti yang dikatakan oleh Nanny Ogg atau Esme Weatherwax dalam salah satu buku Discworld. Saat kita berhenti melihat manusia sebagai orang, melainkan sebagai barang, saat itulah kita harus waspada. 

Aspek psikologis dirajut J.D. Robb dengan baik. Motif masuk akal. Mengapa terjawab dengan baik. Bagaimana juga terjelaskan dengan sempurna. No plotholes, dan itu membuat saya senang :)

Interaksi Eve dengan aide-nya yang setia, Peabody, selalu menyenangkan untuk dibaca, seperti biasa. Interaksi Eve dengan Roarke yang penuh ejekan sayang dan ungkapan sayang yang eksplisit juga OK. Tapi ungkapan sayang atau ekspresi yang dipakai pengarang kadang-kadang terlalu romantis. Euh. Euh. Saya lebih suka baca saat mereka lagi lempar ejekan deh. 

Saya juga jadi mengerti bahwa tidak semua orang yang sama-sama berasal dari keluarga old money sama. Ada yang gila seperti yang tadi saya bahas. Ada yang menganggap housekeeper-nya sebagai saudara. Pada akhirnya, semua bergantung pada pribadi masing-masing. Terkadang, sifat orang tidak bisa diprediksi dari latar belakang dan didikannya.

Satu hal yang Eve - dan pada akhirnya, saya - pahami adalah pernikahan, atau hubungan romantis antar dua orang itu berbeda-beda. Ada aspek yang workable dalam satu hubungan yang tidak workable pada pasangan lain. Contoh ekstrim adalah pernikahan antara Louise DiMatto (dokter, old money sehingga berdarah biru) dengan Charles Monroe (mantan licensed companion). Eve yang awalnya selalu bingung bagaimana Louise dapat menerima profesi masa lalu Charles, akhirnya mengerti bahwa satu hal yang bisa menghancurkan satu pernikahan adakalanya dapat ditanggung oleh pernikahan lainnya. Saya kurang bisa menjelaskannya. Intinya, hal itu terangkum dalam kutipan ini

"A marriage is a private thing. It has its own wild laws, and secret histories, and savage acts, and what passes between married people is incomprehensible to outsiders." - Marya Morevna, Deathless 

Kita layak meluangkan sedikit waktu untuk membaca buku ini. 7/10 :)

And here is the relevant picture


Sumber gambar:
http://diesel-ebooks-cdn.make-a-store.com/mas_assets/image_cache/2/d/e/e/500x500_3010104_file.jpeg
http://storiesbywilliams.files.wordpress.com/2012/06/m9_bayonet.jpg

Tuesday 4 September 2012

Kutipan Favorit dari (Lagi-lagi) Deathless

Koschei, my insatiable brother, abducted all those girls—from Moscow, from Petrograd, from Novgorod, from Minsk. Spirited them from their cozy little homes, barreled them through the snow, telling them what to eat, how to kiss, when to speak, bathing them when they fell sick, just so they’d love him and need him—oh, my brother does yearn to be needed! He needs so much himself, you see. And then, well, what always happens with husbands? A few of them he got bored of; some of them betrayed him, stealing his death or running off with preverbal bogatyrs with necks like hams. And then they steal his death. Oh, the vixens! They were shameless. Anyway, it doesn’t matter. My brother always ends up dead in the end. Oh, the funerals I’ve had to attend! And flowers and gifts for each of them! I’m half-bankrupt with his theatrics. It never takes, though. That’s what deathless means. It’s only his death that dies. Koschei goes on and on. None of those milk-assed girls down there understood it, even though he practically wears a letter of intent on his chest. They snatch up his death and break it open and stomp on it like the curs they are, but what can you do? A dog is a dog. She only knows how to bite and eat. But most of them, Marya—my, what a black, soft name! I could lie in it all day—most of them couldn’t get by me to begin with. Family is a thorny, vicious business, and Koschei can’t marry without my say-so. Those stupid ox-wives weren’t fit to sweep my floor! They couldn’t even fire an arrow through the eye of a needle! What good is a wife who can’t, I ask you? I’ve done him a thousand favors.

The one who spoke those words:

Wednesday 15 August 2012

Fifty Shades of Grey

Judul : Fifty Shades of Grey
Penulis : E. L James
Tebal : 528 halaman
Penerbit : Vintage
Genre : Erotika, Twilight Saga spin-off

Oke. Kenapa saya penasaran membaca novel ini? Karena waktu ke Times Bookstore, buku ini dipajang dengan menonjol, para blogger di internet heboh membicarakan buku ini, dan sarkasme di 9gag bahwa buku ini merupakan "mom porn", porno tante-tante.


Dan waktu saya mencoba baca... Ternyata...
Buku ini parah banget. Benar-benar tidak sesuai dengan selera saya. Buku ini juga adalah salah satu buku yang sukses membuat saya merasa JIJIK. Jujur saja, saya sudah beberapa kali membaca buku dengan adegan dewasa di dalamnya, dan hanya sedikit yang membuat saya jijik, tapi buku ini... Bikin saya menyesal membacanya (walaupun saya hanya membaca sedikit saja - meloncat-loncat, tidak seluruhnya).


Begini sinopsis singkatnya (dicomot dari Amazon.com)
When literature student Anastasia Steele goes to interview young entrepreneur Christian Grey, she encounters a man who is beautiful, brilliant, and intimidating. The unworldly, innocent Ana is startled to realize she wants this man and, despite his enigmatic reserve, finds she is desperate to get close to him. Unable to resist Ana’s quiet beauty, wit, and independent spirit, Grey admits he wants her, too—but on his own terms.
 
Shocked yet thrilled by Grey’s singular erotic tastes, Ana hesitates. For all the trappings of success—his multinational businesses, his vast wealth, his loving family—Grey is a man tormented by demons and consumed by the need to control. When the couple embarks on a daring, passionately physical affair, Ana discovers Christian Grey’s secrets and explores her own dark desires.

Erotic, amusing, and deeply moving, the Fifty Shades Trilogy is a tale that will obsess you, possess you, and stay with you forever.


Apa yang membuat saya tidak suka. Pertama. Christian Grey itu pemilik perusahaan-perusahaan besar, demi Tuhan. Anastasia Steele hanya gadis biasa. Grey pasti sudah bertemu gadis-gadis macam itu sebelumnya, tanpa kemudian tertarik kepada mereka. Tapi dengan Ana? Oh woooow, pada pertemuan pertama saja Grey sudah memperlakukannya dengan baik, memperhatikannya. Perlakuan laki-laki itu pada gadis yang baru ditemuinya pertama kali, diajak bicara basa-basi saja, lebih baik daripada perlakuannya terhadap pegawainya yang sudah bekerja bertahun-tahun kepadanya. Yikes.

Kedua. Ana sangat tidak mandiri secara emosional, paling tidak setelah bertemu Christian. Demi Tuhan, dia itu bukan anak SMA seperti Bella Swan (yang menginspirasi tokohnya). Setelah bertemu Christian, apa yang dia pikir cuma bagaimana agar perilakunya menyenangkan Christian - seenggaknya itu yang saya tangkap setelah membaca setengah buku! 

Ketiga. Seks dominansi - fetish Christian Grey. Rasanya sulit dipercaya seorang pemilik perusahaan multinasional punya isu soal dominansi. Dan apa dia tidak merasa rendah dengan memilih partner seperti Ana? Ana, yang polos, tidak tahu apa-apa, belum berpengalaman? Apa Grey tidak pikir dua kali sebelum menodai otak Ana dengan hal-hal seperti itu? Dia seperti predator seksual.

Keempat, masih berkaitan dengan alasan ketiga - dan hal yang paling membuat saya jijik - Grey mengikat Ana sebagai partnernya dengan kontrak tertulisKontrak tertulis. Di bagian ini, saya mulai berpikir apa yang terlintas di benak E. L. James saat menulis buku ini, apakah dia tidak malu tulisannya yang seperti ini dibaca banyak orang (dan membuat orang berpikir "Oh, dia E. L. James yang menulis trilogi itu" tiap kali melihatnya). Ooooh tapi bagian paling mengerikan buat saya bukan kontrak tertulis itu. Bagian paling mengerikannya adalah Ana setuju. Tuhan. Apakah wanita itu sudah tidak punya harga diri lagi? Kalau ada yang memandang kesetujuan Ana sebagai cinta, ada yang salah dengan orang itu. Itu bukan cinta. Itu kelihatan seperti permulaan hubungan yang abusif.

Cukup dulu daftar alasan mengapa saya tidak suka buku ini - atau bisa dibilang daftar hal-hal mengerikan dan tidak wajar dalam buku ini. Intinya, saya tidak suka hal-hal tak logis di buku ini dan pembangun utamanya. Bagaimana kamu bisa menyukai suatu buku jika kamu sudah membenci tema dan pembangun utamanya? 

Saya tidak akan memberi rating untuk buku ini. Euuuh. Untungnya saya mencoba membaca buku ini sebelum saya membaca Seraphina, sehingga otak saya rasanya sudah didetoks. 

Tuesday 14 August 2012

Seraphina by Rachel Hartman

Judul : Seraphina
Penulis : Rachel Hartman
Tebal : 480 halaman
Penerbit : Random House
Genre : Fantasi
Seri atau standalone? : Seri, please Tuhan, jadikan ini seri


Akhirnya! Setelah sekian lama, saya menemukan lagi buku fantasi yang bermutu. Bukan sembarang buku fantasi pula, tapi buku fantasi yang menampilkan naga. Bukan fantasi werewolf, vampir, fallen angel ataupun fae alur ceritanya lama-lama pasaran, sama saja. Dan senang sekali akhirnya menemukan buku yang karakternya berpikiran sehat, bukan terlibat cinta cengeng-cengengan. Oooooh, finally. Buku medieval, mengandung naga, dan bagus.

Buku ini keren banget. Blurb-nya saja dari Christopher Paolini. Boleh dibilang, buku ini cocok buat penyuka Inheritance Cycle, walaupun pendekatannya kepada mitos naga cukup berbeda. Tapi ada kemiripannya : di dua seri itu, naga hidup berdampingan dengan manusia; sederajat, namun kadang-kadang ada kesalahpahaman di antara dua ras yang berbeda ini. Bedanya, di Inheritance Cycle naga tetap berwujud naga, sedangkan di Seraphina naga dapat mewujud menjadi manusia - wujud yang disebut saarantras. Dan di sini, naga adalah makhluk yang memiliki kecerdasan superior.

Karakter utama dalam buku ini bernama Seraphina Dombegh - saya tidak suka nama belakangnya :(
Dia karakter yang kontroversial sejak lahir karena dia campuran naga-manusia - hal yang terlarang - dan pada saat pembaptisannya dia 'memilih' santa pelindung yang terkenal sebagai santa bidaah. Saat dia tumbuh menjadi gadis dewasa, dia menjadi gadis yang sangat berbakat dalam musik, percaya diri, pandai, tapi dia tidak sombong karena kelebihannya itu. Dia judes dan diam-diam mengasihani diri sendiri (tapi dalam takaran yang normal serta alasan yang jelas dan dapat diterima). Seraphina Dombegh adalah protagonis yang mudah disenangi.

Karakter-karakter lainnya juga digambarkan dengan baik. Menurut saya, penokohan sudah cukup hidup, penulis cukup mendalami sifat-sifat mereka.

Penggambaran latar belakang juga sudah oke. Latar belakang dapat dipercaya dan sejalan dengan bangunan mitos yang penulis pakai. Bangunan mitos sudah kokoh, tidak ada hal yang kontradiktif satu sama lain, hal-hal di dalamnya dijelaskan dengan baik.

Untuk alur, ada bagian di mana jalannya terlalu lambat, sehingga menggoda saya untuk skip langsung ke bagian akhir. Tapi jangan lakukan itu. Untuk buku ini, jangan. Rugi nanti.

Saya memuji kemampuan penulis dalam memberi twist dan membangun ketegangan. Terbangun di saat yang tidak disangka-sangka, dan perlahan-lahan memuncak. Wow.

Buat penggemar Inheritance Cycle, buku ini layak dicoba. Bahasa Inggrisnya memang ada yang tidak umum dilihat, tapi secara keseluruhan masih mudah dimengerti oleh kita.

Rating delapan. Sekuel sangat dinantikan.

As usual, something from the story

Monday 30 July 2012

American Gods by Neil Gaiman

Judul : American Gods (Dewa-Dewa Amerika)
Penulis : Neil Gaiman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Genre : Retelling mitologi, fantasi
Tebal : 784 halaman
Format : softcover

Badai akan datang...

Menjalani masa hukuman tiga tahun di penjara, Shadow melalui hari-harinya dengan tenang, menunggu dengan sabar hari ketika dia bisa kembali ke Eagle Point, Indiana. Pria yang tidak lagi takut akan yang mungkin terjadi esok, yang dia inginkan hanyalah kembali bersama dengan Laura, istri yang sangat dia cintai, dan memulai kehidupan baru.


Tetapi beberapa hari sebelum dia dibebaskan, Laura dan sahabat Shadow tewas dalam kecelakaan mobil. Hidupnya berantakan dan kehilangan arah, Shadow memutuskan untuk menerima pekerjaan dari orang asing yang memesona yang Shadow temui dalam perjalanan pulang. Pria misterius itu menamakan dirinya Mr. Wednesday, yang sepertinya lebih memahami Shadow daripada dirinya sendiri.


Kehidupan sebagai pelindung, sopir, dan pesuruh Wednesday ternyata lebih menarik dan berbahaya daripada yang dibayangkan Shadow––pekerjaan ini membawanya melalui perjalanan gelap dan aneh dan memperkenalkannya kepada karakter-karakter eksentrik dengan takdir yang bertautan dengan takdir Shadow sendiri. Shadow belajar bahwa masa lalu tidak pernah mati; bahwa semua orang, termasuk Laura yang dia cintai, menyimpan rahasia; dan bahwa mimpi, totem, legenda, dan mitos sebenarnya lebih nyata daripada yang kita ketahui. Puncaknya, dia akan menemukan di balik permukaan tenang kehidupan sehari-hari, ada badai datang––dan peperangan epik untuk jiwa Amerika––dan dia berdiri di tengah-tengah semua itu.


Waktu saya menulis resensi ini rasanya terharu banget, entah kenapa. Buku ini berharga banget buat saya, mungkin bisa dibilang sakral? Mungkin terasa berlebihan pernyataan saya tadi, tetapi itulah yang benar-benar saya rasakan. 

Buku ini merupakan buku keempat karangan Neil Gaiman yang saya baca. Saya tertarik beli buku ini karena penulisnya Neil Gaiman. Neil Gaiman! 

Di awal buku ini diceritakan seorang tahanan bernama Shadow Moon sedang menghitung hari pembebasannya dari penjara. Tiba-tiba pembebasannya dipercepat. Sayang, impiannya bertemu dengan istrinya Laura dan kembali bekerja dengan sahabatnya Robbie buyar, karena mereka berdua tewas dalam kecelakaan mobil bertepatan sebelum Shadow dibebaskan.

Shadow boleh dibilang kehilangan arah, tapi ia tidak menjadi panik. Di tengah ketidakpastian itu, dalam perjalanan naik pesawat ke pemakaman Laura, dia didekati oleh pria tua misterius yang menyebut dirinya Mr. Wednesday. Mr. Wednesday menawari Shadow pekerjaan sebagai pengawalnya. Awalnya Shadow menolak. Namun, pada akhirnya, ia menerima tawaran itu. Saat inilah dia pertama kalinya bertemu dengan Mad Sweeney.

Setelahnya, Shadow mengetahui kenyataan pahit tentang apa yang sebenarnya terjadi saat Laura dan Robbie kecelakaan - dalam kondisi apa mereka tewas. Tetapi, Shadow menerimanya dengan cukup kalem. Baru saja dia bisa menerima dan pergi bersama Wednesday ke kota lain, kejutan baru menemuinya. Istrinya, Laura, telah menjadi mayat hidup, mayat berjalan. Tapi tidak ganas seperti zombie - Laura punya pikiran yang jernih, emosi, dan standar moral. Laura berjanji akan menjaga Shadow.

Dari tempat itu, Shadow dan Wednesday bertolak ke tempat-tempat lain - kadang Shadow sendirian, kadang bersama Wednesday - dan menemui banyak karakter lain, yang dari namanya kita sudah tahu bahwa mereka dewa-dewi. Contohnya Czernobog, yang menantang Shadow main dam; tiga Zorya; Ibis dan Anubis; Easter; Mr. Nancy; Mama-ji; dan banyak lagi . Di samping mereka, ada juga karakter yang bagai dewa yang mewakili teknologi modern. Dewa lama dan dewa baru - mereka bermusuhan.

Shadow pun terjebak dalam perang itu - yang pertandanya terasa, bagai badai besar yang akan datang. Dalam situasi ini, mimpi-mimpinya sering dikunjungi makhluk berkepala sapi yang memberinya petunjuk-petunjuk. Konflik antara dewa lama dan baru semakin memburuk, berpuncak pada pembunuhan Wednesday. Sesuai janjinya, Shadow melakukan upacara kematian untuk Wednesday. Setelah inilah kebenaran tentang apa yang terjadi terkuak...

Tetapi rangkuman di atas hanya kasaran dan hanya menggambarkan alur utama saja. Banyak sub-plot di dalam novel ini, dan ada bab-bab yang terasa benar-benar tidak nyambung dengan isi buku keseluruhan. Walaupun isi bab-bab itu menarik, terasa seperti cuma selipan.

Secara keseluruhan Neil Gaiman melakukan retelling yang saya sukai. Ooooh, pada akhirnya ada juga buku retelling mitologi yang tidak menjadikan dewa Yunani dan Mesir sebagai tokoh utama! Gaiman mengangkat dewa-dewa dari mitologi yang jarang disorot, yakni mitologi Celtic dan Slavic, bahkan Indian. Ada mitologi India juga, India yang di Asia ya. Asyik. Rasanya puas sekali.

Saya juga menyukai konsepnya tentang dewa-dewi. Itu konsep yang workable. Saya suka buku ini, jauh lebih suka American Gods daripada seri Nicholas Flamel.

Terus endingnya, pengungkapan solusinya, bener-bener top. Kenapa? Karena benar-benar mengejutkan, tidak disangka-sangka. Rasanya seperti dipukul saat kamu lagi tidak menyangka sama sekali. Neil Gaiman juga pintar menyelipkan petunjuk-petunjuk tentang jati diri sebenarnya suatu karakter, baik lewat nama maupun lewat dialog karakter. Contohnya Mr. Wednesday. Jati dirinya sebagai Odin ditunjukkan lewat namanya (Wednesday -> Woden's Day -> Odin's Day), matanya yang palsu sebelah, tongkat yang dibawanya, dan dialognya.

Tapi novel ini kompleks (walaupun rasanya lebih simple dari Deathless, pada akhirnya, saya gadis yang berpikiran sederhana saja).

Buku ini bener-bener memuaskan saya. Ketebalan dan kekompleksan isinya membuat buku ini tidak cepat habis. Ceritanya yang membangkitkan rasa ingin tahu dan perasaan 'mau dibawa ke mana kita setelah ini' membuat saya berhasil membaca buku ini tanpa skipping.

Rasanya saya sudah bingung mau menulis apa lagi, saya rasa cukup saja. Buku ini rasanya sempurna. Sepuluh bintang buat Neil Gaiman, dan saya akan selalu menunggu adikarya berikutnya dari beliau. 

Kutipan favorit? Entah kenapa, kutipan ini.

"Setelah ini semua selesai, kurasa aku akan menajamkan sebatang mistletoe lalu pergi ke pohon ash itu, dan menghunjamkannya ke matanya. Itu yang tidak bisa dipahami semua orang tolol di luar sana yang sedang berperang. Ini semua hanya perkara pola." - Mr. World

Toast! This is mead, by the way
Sumber:
gambar mead : http://beerobsessed.com/blog/wp-content/uploads/2009/02/mead_glass02.jpg
gambar sampul dan sinopsis : gramediapustakautama.com

Monday 23 July 2012

The Tokyo Zodiac Murders


Judul     : The Tokyo Zodiac Murders
Penulis  : Soji Shimada
Format  : Softcover
Harga    : (kalau ga salah) Rp41250,00 
Beli di   : Rumah Buku Supratman 
Buku I dalam serial Detective Mitarai's Casebook

Saya membeli buku ini pada waktu saya lagi kehausan banget akan bacaan baru, yang bener-bener original dan bukan cetak ulang, dan yang e-booknya susah dicari. Kenapa harus yang e-booknya susah ditemukan? Karena harga e-book lebih murah daripada buku cetak. Kalau saya nemu e-booknya jelas saya lebih pilih beli e-book. Padahal saya lagi pengen banget buku yang bisa dibawa ke mana-mana. Udah gitu, desain sampulnya juga bagus, bikin penasaran. Juga penasaran, novel misteri karangan orang Jepang itu kayak gimana sih? Kalau manga-nya kan udah banyak beredar, macam Conan, Kindaichi, Q.E.D.

Ya udah sekian tentang alasan saya membeli buku ini.

Buku ini rame, lumayan ga bisa diletakin. Ada bagian-bagian di mana saya tergoda banget untuk membuka halaman akhir dan melihat siapa pelakunya dan trik apa yang digunakan, tapi untungnya saya berhasil menahan godaan itu. Kalau ditilik, godaan itu muncul karena ada bagian-bagian di mana dialognya membosankan karena mengulang hal itu lagi hal itu lagi. Terus nama-namanya kadang-kadang membuat bingung, orang yang bernama anu itu yang mana ya?

Laju penceritaannya udah oke, ga kecepetan ga kelambatan. Satu per satu fakta dan bukti baru dibuka dengan timing yang pas. Ga langsung ditumpahkan di depan atau tiba-tiba ditumpuk di belakang.

Di sini atmosfer Jepang tahun 1930-annya terasa sekali. Belum ada handphone. Belum ada segala teknologi canggih. DNA masih barang baru, belum ada komputer, apalagi database sidik jari. 

Novel ini mengingatkan saya (sedikit sih) pada serial karangan Arthur Conan Doyle, Sherlock Holmes. Sifat tokoh utamanya - Kiyoshi Mitarai - mirip Holmes (yah, ga senyentrik Holmes sih) dan dia punya pendamping yang berperan dan berposisi mirip dengan Watson.

Untuk pemecahan misterinya? Dengan malu saya akui, saya baru berhasil dapat bayangan akan triknya saat tiba di bagian akhir di mana si detektif menyebutkan petunjuk paling penting. (tapi seenggaknya kebayang hehehe)

Saya acungi jempol buat pengarangnya yang sukses membuat pengalih perhatian - red herring - yang bagus sehingga saya tertipu sampai akhir cerita. Saat kesadaran itu datang rasanya seperti ada rambatan arus listrik di otak - bzzzzt gitu.

Nilai untuk buku ini 8 dari 10 :) - 8 kurus ya, 8 menuju 7 bukan menuju 9.

Ga sabar menunggu sekuelnya deh!














Deathless Review, Summary, All Mixed


Untuk yang ini, summary-nya mengandung spoiler. Beware!

Judul                     : Deathless
Penulis                  : Catherynne M. Valente
Bahasa                  : Inggris
Latar belakang       : Rusia pascarevolusi, sekitar tahun 1942, Lenin baru wafat dan Stalin
                              baru naik
Jenis cerita           : reimaginasi cerita dongeng, dalam hal ini dongeng mengenai Koschei yang Abadi (Koschei the Deathless/ Koschei the Immortal)
Tokoh                   : menurut saya hanya ada dua tokoh utama yaitu Marya Morevna dan 
                              Koschei Bessmertny

Sunday 22 July 2012


Deathless Re-Review

Deathless adalah penceritaan kembali dongeng Rusia Koschei the Deathless. Kamu bisa baca salah satu versinya di sini. Secara umum buku ini mengisahkan kehidupan Marya Morevna, seorang gadis Rusia di masa pascarevolusi, mulai dari kehidupannya yang relatif tenang sebagai seorang gadis kecil, sampai peristiwa yang merupakan awal dari peristiwa-peristiwa lainnya yang mengguncang hidupnya dan menjadikan Marya Morevna wanita yang berbeda. Buku ini menceritakan pilihan-pilihan yang dihadapinya dan apa akibat dari pilihannya.

Banyak buku yang bisa langsung dimengerti saat dibaca. Yang terjadi adalah yang tertulis, semuanya eksplisit dan makna tersamarnya hanya ada sedikit. Ada juga buku yang tidak seperti itu. Untuk mengetahui apa yang terjadi, tidak cukup hanya dibaca, buku-buku itu harus dipikirkan dan direnungkan terus. Deathless karangan Catherynne M. Valente adalah salah satunya. Buku ini ditulis dengan indah, berlatar belakang di tempat yang saya sukai, dan mood saya saat membaca buku ini tepat – yakni saat saya ingin membaca pengisahan kembali cerita dongeng. Tetapi hal-hal itu tidak lantas membuat buku ini mudah dimengerti. Kita harus terus menggali buku ini lebih dalam, mencari terus makna yang tersembunyi di dalamnya – karena buku ini sulit dipahami. Walaupun begitu, cerita yang tertuang di dalamnya adalah salah satu cerita terindah dan paling sulit terlupakan yang pernah saya baca.

                Buku ini ditulis dengan pilihan kata yang indah, dan kalimat-kalimatnya seperti mengalir, kata-katanya seperti musik. Ada istilah yang tidak umum, jadi kamu perlu kamus siap sedia di sampingmu. Dalam membaca buku ini perasaan saya banyak berubah seiring adegan di dalamnya. Penggambaran Cat Valente begitu hidup, karakter-karakternya juga dapat dipercaya, tidak idealis. Motivasi tindakan karakternya logis.

                Ambil sebagai contoh tokoh utamanya, Marya Morevna. Dia adalah gadis yang baik, bisa dibilang begitu – tapi tidak semua perilakunya benar secara moral. Dia punya rasa ingin tahu dan keegoisan yang wajar. Dia gigih untuk mencapai apa yang dia maui. Keingintahuannya terlihat di saat dia mau diajak pergi oleh Koschei, padahal Zvonok sudah memperingatkannya untuk menolak Koschei. Dia berani menerima akibatnya dan tidak menyesali pilihannya, hal-hal itu terlihat di adegan setelahnya. Reaksinya beberapa saat kemudian juga wajar, saat dia membayangkan bagaimana jika dulu dia menolak Koschei – apa dia akan menjadi Marya Morevna yang sekarang? Kegigihan, keegoisan, dan sisi gelapnya terlihat saat dia menerima tantangan Baba Yaga.

Adegan-adegannya mengaduk emosi. Isi buku ini rasanya terus menempel di otak saya, bakalan selalu saya putar ulang, lagi dan lagi.

Kelemahan buku ini buat saya adalah kekurangsinambungan antarbab dan antaradegan; adegan-adegannya seakan meloncat; jadi seperti selimut perca di mana pola satu berakhir tiba-tiba dan disambung pola lain, jadi bukan seperti satu selimut utuh. Itu membuat saya bingung tentang apa yang terjadi di antara bab-bab itu.

                Banyak peringkas dan penginti sari memaknai Deathless secara berlainan – ada yang memaknainya sebagai prosa indah dan gelap yang menceritakan perjalanan Marya Morevna, dari masa remaja yang penuh keluguan sampai ke masa dia menjadi wanita yang teguh dan tangguh. Ada yang menuduh buku ini sarat dengan pesan dan simbolisme feminisme. Saya setuju dengan keduanya – ya, buku ini memang bisa dimaknai seperti itu – tapi bagi saya buku ini menceritakan sebuah kisah cinta yang paling indah, bagaimana hati manusia bekerja, pentingnya keberanian untuk memilih dan menerima akibatnya, dan bagaimana kehidupan itu terkadang begitu kejam dan tidak sesuai dengan harapan kita, tapi mau tidak mau harus kita jalani.

Sampai sekarang pun saya belum dapat memahami Deathless sepenuhnya. Jika kamu ingin bacaan yang ringan, Deathless bukan pilihan yang tepat. Buku ini juga mengandung adegan kekerasan, adegan seksual yang cukup eksplisit, dan adegan yang tidak baik untuk ditiru, jadi ini buku untuk >18. Dari skala 10, 9 untuk Deathless! 9, karena ada hal-hal yang belum terjelaskan yang memang susah dipahami, rasanya seperti mengerjakan soal Fisika dengan data yang kurang (those soon-to-be-engineers must know that feeling).

Sunday 8 July 2012


Judul : Deathless
Pengarang : Catherynne M. Valente
Format : .epub

Saya mau berbagi pendapat saya tentang novel ini. Saya menemukan novel ini pas saya sedang haus-hausnya dengan cerita berlatarkan sejarah dan fairy tale retelling. Deathless memenuhi kedua kategori ini karena novel ini berlatarkan Rusia zaman pascarevolusi dan merupakan retelling dari cerita rakyat Rusia, Koschei the Deathless. Salah satu versinya dapat dibaca di sini.

Menurut saya, novel ini romantis banget! Tapi bukan romansa yang cengeng ataupun picisan. Kisah cinta di dalamnya itu bagus, gelap tapi indah. Karakter cewek utamanya pun ga lembek ataupun terlalu idealis. Saya suka banget dengan karakter yang realistis, karena nilai-nilai yang dia contohkan bisa diaplikasikan ^^. Kalau terlalu idealis kan ga bisa...

 Saya juga suka banget sama karakter cowoknya. Dia bad boy, dan dia memang berubah jadi lebih baik sepanjang cerita, tapi perubahannya ga drastis-drastis amat. Tobat sih iya, tapi ga lantas berubah jadi santo. 

Kisah cintanya juga bagus, karena ga instan terbentuknya. Senang banget menemukan variasi seperti ini di tengah-tengah cerita yang kebanyakan mengandalkan love at first sight.

Di sini juga banyak istilah dan tokoh tradisional Rusia. Pengarangnya juga menggunakan bahasa yang baguuuus sekali. Membuat saya menikmati novel ini. Sangat.

Tapi, ada orang yang berpandangan bahwa ada banyak muatan pesan feminis di dalam novel ini. Memang ada bagian-bagian novel ini yang bisa diartikan seperti itu. Namun, saya pribadi tidak menyadarinya kalau saja tidak membaca pandangan orang itu.

Antaradegan juga kadang-kadang tidak sinambung, berkesan meloncat dan alur waktunya membingungkan. Kadang kita dibuat bingung, sebenarnya karakter itu sedang ada di mana. Novel ini juga berat dan berlapis-lapis, harus dibaca benar-benar sambil direnungkan lagi dan lagi.

Sekian pendapat saya mengenai Deathless! Dan ini kutipan favorit saya.

She had not known before that she wanted all these things, that she preferred dark hair and a slightly cruel expression, that she wished for tallness, or that a man kneeling might thrill her. A whole young life’s worth of slowly collected predilections coalesced in a few moments within her, and Koschei Bessmertny, his lashes full of snow, became perfect.


Dan... Sebagai bonus...


You'll know my significance later :)

Perkenalan


Intinya,
Saya ini cewek yang suka sekaliii membaca.
Kapan cinta pada buku ini datang? Saat saya umur lima tahun, saya les baca tulis. Saya ga pernah bisa memahami bunyi dua konsonan berapit (ny, ng) sampai suatu pagi saya baca Kompas dan... tring! Semuanya jadi jelas.
Sejak itu saya melahap buku dengan rakus. Mulai dari Sapta Siaga, Lima Sekawan, Pasukan Mau Tahu, Nancy Drew, sampai karangan-karangan Dame Agatha Christie.
Dan sekarang saat saya dewasa... Jangkauan baca saya makin luas lagi dan santapan saya makin banyak lagi.
Saya ingin sekali berbagi tentang buku-buku yang saya suka, jadi saya buat blog ini sebagai sarana mengoceh, siapa tahu ada yang membaca dan satu selera dengan saya.

Happy reading, your comments and critics will be highly appreciated and thanked :)