Deathless Re-Review
Deathless adalah penceritaan kembali dongeng Rusia Koschei the Deathless. Kamu bisa baca salah satu versinya di sini. Secara
umum buku ini mengisahkan kehidupan Marya Morevna, seorang gadis Rusia di masa
pascarevolusi, mulai dari kehidupannya yang relatif tenang sebagai seorang
gadis kecil, sampai peristiwa yang merupakan awal dari peristiwa-peristiwa
lainnya yang mengguncang hidupnya dan menjadikan Marya Morevna wanita yang
berbeda. Buku ini menceritakan pilihan-pilihan yang dihadapinya dan apa akibat
dari pilihannya.
Banyak buku yang bisa langsung dimengerti saat dibaca. Yang
terjadi adalah yang tertulis, semuanya eksplisit dan makna tersamarnya hanya
ada sedikit. Ada juga buku yang tidak seperti itu. Untuk mengetahui apa yang
terjadi, tidak cukup hanya dibaca, buku-buku itu harus dipikirkan dan
direnungkan terus. Deathless karangan
Catherynne M. Valente adalah salah satunya. Buku ini ditulis dengan indah,
berlatar belakang di tempat yang saya sukai, dan mood saya saat membaca buku ini tepat – yakni saat saya ingin
membaca pengisahan kembali cerita dongeng. Tetapi hal-hal itu tidak lantas
membuat buku ini mudah dimengerti. Kita harus terus menggali buku ini lebih
dalam, mencari terus makna yang tersembunyi di dalamnya – karena buku ini sulit
dipahami. Walaupun begitu, cerita yang tertuang di dalamnya adalah salah satu
cerita terindah dan paling sulit terlupakan yang pernah saya baca.
Buku ini ditulis dengan pilihan
kata yang indah, dan kalimat-kalimatnya seperti mengalir, kata-katanya seperti
musik. Ada istilah yang tidak umum, jadi kamu perlu kamus siap sedia di
sampingmu. Dalam membaca buku ini perasaan saya banyak berubah seiring adegan
di dalamnya. Penggambaran Cat Valente begitu hidup, karakter-karakternya juga
dapat dipercaya, tidak idealis. Motivasi tindakan karakternya logis.
Ambil sebagai contoh tokoh
utamanya, Marya Morevna. Dia adalah gadis yang baik, bisa dibilang begitu –
tapi tidak semua perilakunya benar secara moral. Dia punya rasa ingin tahu dan
keegoisan yang wajar. Dia gigih untuk mencapai apa yang dia maui.
Keingintahuannya terlihat di saat dia mau diajak pergi oleh Koschei, padahal
Zvonok sudah memperingatkannya untuk menolak Koschei. Dia berani menerima
akibatnya dan tidak menyesali pilihannya, hal-hal itu terlihat di adegan
setelahnya. Reaksinya beberapa saat kemudian juga wajar, saat dia membayangkan
bagaimana jika dulu dia menolak Koschei – apa dia akan menjadi Marya Morevna
yang sekarang? Kegigihan, keegoisan, dan sisi gelapnya terlihat saat dia
menerima tantangan Baba Yaga.
Adegan-adegannya mengaduk emosi. Isi buku ini rasanya terus
menempel di otak saya, bakalan selalu saya putar ulang, lagi dan lagi.
Kelemahan buku ini buat saya adalah kekurangsinambungan antarbab
dan antaradegan; adegan-adegannya seakan meloncat; jadi seperti selimut perca
di mana pola satu berakhir tiba-tiba dan disambung pola lain, jadi bukan
seperti satu selimut utuh. Itu membuat saya bingung tentang apa yang terjadi di
antara bab-bab itu.
Banyak peringkas dan penginti
sari memaknai Deathless secara
berlainan – ada yang memaknainya sebagai prosa indah dan gelap yang
menceritakan perjalanan Marya Morevna, dari masa remaja yang penuh keluguan
sampai ke masa dia menjadi wanita yang teguh dan tangguh. Ada yang menuduh buku
ini sarat dengan pesan dan simbolisme feminisme. Saya setuju dengan keduanya –
ya, buku ini memang bisa dimaknai seperti itu – tapi bagi saya buku ini
menceritakan sebuah kisah cinta yang paling indah, bagaimana hati manusia
bekerja, pentingnya keberanian untuk memilih dan menerima akibatnya, dan
bagaimana kehidupan itu terkadang begitu kejam dan tidak sesuai dengan harapan
kita, tapi mau tidak mau harus kita jalani.
Sampai sekarang pun saya belum dapat memahami Deathless sepenuhnya. Jika kamu ingin bacaan yang ringan, Deathless bukan pilihan yang tepat. Buku
ini juga mengandung adegan kekerasan, adegan seksual yang cukup eksplisit, dan
adegan yang tidak baik untuk ditiru, jadi ini buku untuk >18. Dari skala 10,
9 untuk Deathless! 9, karena ada
hal-hal yang belum terjelaskan yang memang susah dipahami, rasanya seperti
mengerjakan soal Fisika dengan data yang kurang (those soon-to-be-engineers
must know that feeling).
No comments:
Post a Comment