Pengarang : Catherynne M. Valente
Format : .epub
Saya mau berbagi pendapat saya tentang novel ini. Saya menemukan novel ini pas saya sedang haus-hausnya dengan cerita berlatarkan sejarah dan fairy tale retelling. Deathless memenuhi kedua kategori ini karena novel ini berlatarkan Rusia zaman pascarevolusi dan merupakan retelling dari cerita rakyat Rusia, Koschei the Deathless. Salah satu versinya dapat dibaca di sini.
Menurut saya, novel ini romantis banget! Tapi bukan romansa yang cengeng ataupun picisan. Kisah cinta di dalamnya itu bagus, gelap tapi indah. Karakter cewek utamanya pun ga lembek ataupun terlalu idealis. Saya suka banget dengan karakter yang realistis, karena nilai-nilai yang dia contohkan bisa diaplikasikan ^^. Kalau terlalu idealis kan ga bisa...
Saya juga suka banget sama karakter cowoknya. Dia bad boy, dan dia memang berubah jadi lebih baik sepanjang cerita, tapi perubahannya ga drastis-drastis amat. Tobat sih iya, tapi ga lantas berubah jadi santo.
Kisah cintanya juga bagus, karena ga instan terbentuknya. Senang banget menemukan variasi seperti ini di tengah-tengah cerita yang kebanyakan mengandalkan love at first sight.
Di sini juga banyak istilah dan tokoh tradisional Rusia. Pengarangnya juga menggunakan bahasa yang baguuuus sekali. Membuat saya menikmati novel ini. Sangat.
Tapi, ada orang yang berpandangan bahwa ada banyak muatan pesan feminis di dalam novel ini. Memang ada bagian-bagian novel ini yang bisa diartikan seperti itu. Namun, saya pribadi tidak menyadarinya kalau saja tidak membaca pandangan orang itu.
Antaradegan juga kadang-kadang tidak sinambung, berkesan meloncat dan alur waktunya membingungkan. Kadang kita dibuat bingung, sebenarnya karakter itu sedang ada di mana. Novel ini juga berat dan berlapis-lapis, harus dibaca benar-benar sambil direnungkan lagi dan lagi.
Sekian pendapat saya mengenai Deathless! Dan ini kutipan favorit saya.
She had not known before that she wanted all these things, that she preferred dark hair and a slightly cruel expression, that she wished for tallness, or that a man kneeling might thrill her. A whole young life’s worth of slowly collected predilections coalesced in a few moments within her, and Koschei Bessmertny, his lashes full of snow, became perfect.
Dan... Sebagai bonus...
You'll know my significance later :) |
No comments:
Post a Comment