Judul : American Gods (Dewa-Dewa Amerika)
Penulis : Neil Gaiman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Genre : Retelling mitologi, fantasi
Tebal : 784 halaman
Format : softcover
Badai akan datang...
Menjalani masa hukuman tiga tahun di penjara, Shadow melalui hari-harinya dengan tenang, menunggu dengan sabar hari ketika dia bisa kembali ke Eagle Point, Indiana. Pria yang tidak lagi takut akan yang mungkin terjadi esok, yang dia inginkan hanyalah kembali bersama dengan Laura, istri yang sangat dia cintai, dan memulai kehidupan baru.
Tetapi beberapa hari sebelum dia dibebaskan, Laura dan sahabat Shadow tewas dalam kecelakaan mobil. Hidupnya berantakan dan kehilangan arah, Shadow memutuskan untuk menerima pekerjaan dari orang asing yang memesona yang Shadow temui dalam perjalanan pulang. Pria misterius itu menamakan dirinya Mr. Wednesday, yang sepertinya lebih memahami Shadow daripada dirinya sendiri.
Kehidupan sebagai pelindung, sopir, dan pesuruh Wednesday ternyata lebih menarik dan berbahaya daripada yang dibayangkan Shadow––pekerjaan ini membawanya melalui perjalanan gelap dan aneh dan memperkenalkannya kepada karakter-karakter eksentrik dengan takdir yang bertautan dengan takdir Shadow sendiri. Shadow belajar bahwa masa lalu tidak pernah mati; bahwa semua orang, termasuk Laura yang dia cintai, menyimpan rahasia; dan bahwa mimpi, totem, legenda, dan mitos sebenarnya lebih nyata daripada yang kita ketahui. Puncaknya, dia akan menemukan di balik permukaan tenang kehidupan sehari-hari, ada badai datang––dan peperangan epik untuk jiwa Amerika––dan dia berdiri di tengah-tengah semua itu.
Menjalani masa hukuman tiga tahun di penjara, Shadow melalui hari-harinya dengan tenang, menunggu dengan sabar hari ketika dia bisa kembali ke Eagle Point, Indiana. Pria yang tidak lagi takut akan yang mungkin terjadi esok, yang dia inginkan hanyalah kembali bersama dengan Laura, istri yang sangat dia cintai, dan memulai kehidupan baru.
Tetapi beberapa hari sebelum dia dibebaskan, Laura dan sahabat Shadow tewas dalam kecelakaan mobil. Hidupnya berantakan dan kehilangan arah, Shadow memutuskan untuk menerima pekerjaan dari orang asing yang memesona yang Shadow temui dalam perjalanan pulang. Pria misterius itu menamakan dirinya Mr. Wednesday, yang sepertinya lebih memahami Shadow daripada dirinya sendiri.
Kehidupan sebagai pelindung, sopir, dan pesuruh Wednesday ternyata lebih menarik dan berbahaya daripada yang dibayangkan Shadow––pekerjaan ini membawanya melalui perjalanan gelap dan aneh dan memperkenalkannya kepada karakter-karakter eksentrik dengan takdir yang bertautan dengan takdir Shadow sendiri. Shadow belajar bahwa masa lalu tidak pernah mati; bahwa semua orang, termasuk Laura yang dia cintai, menyimpan rahasia; dan bahwa mimpi, totem, legenda, dan mitos sebenarnya lebih nyata daripada yang kita ketahui. Puncaknya, dia akan menemukan di balik permukaan tenang kehidupan sehari-hari, ada badai datang––dan peperangan epik untuk jiwa Amerika––dan dia berdiri di tengah-tengah semua itu.
Waktu saya menulis resensi ini rasanya terharu banget, entah kenapa. Buku ini berharga banget buat saya, mungkin bisa dibilang sakral? Mungkin terasa berlebihan pernyataan saya tadi, tetapi itulah yang benar-benar saya rasakan.
Buku ini merupakan buku keempat karangan Neil Gaiman yang saya baca. Saya tertarik beli buku ini karena penulisnya Neil Gaiman. Neil Gaiman!
Di awal buku ini diceritakan seorang tahanan bernama Shadow Moon sedang menghitung hari pembebasannya dari penjara. Tiba-tiba pembebasannya dipercepat. Sayang, impiannya bertemu dengan istrinya Laura dan kembali bekerja dengan sahabatnya Robbie buyar, karena mereka berdua tewas dalam kecelakaan mobil bertepatan sebelum Shadow dibebaskan.
Shadow boleh dibilang kehilangan arah, tapi ia tidak menjadi panik. Di tengah ketidakpastian itu, dalam perjalanan naik pesawat ke pemakaman Laura, dia didekati oleh pria tua misterius yang menyebut dirinya Mr. Wednesday. Mr. Wednesday menawari Shadow pekerjaan sebagai pengawalnya. Awalnya Shadow menolak. Namun, pada akhirnya, ia menerima tawaran itu. Saat inilah dia pertama kalinya bertemu dengan Mad Sweeney.
Setelahnya, Shadow mengetahui kenyataan pahit tentang apa yang sebenarnya terjadi saat Laura dan Robbie kecelakaan - dalam kondisi apa mereka tewas. Tetapi, Shadow menerimanya dengan cukup kalem. Baru saja dia bisa menerima dan pergi bersama Wednesday ke kota lain, kejutan baru menemuinya. Istrinya, Laura, telah menjadi mayat hidup, mayat berjalan. Tapi tidak ganas seperti zombie - Laura punya pikiran yang jernih, emosi, dan standar moral. Laura berjanji akan menjaga Shadow.
Dari tempat itu, Shadow dan Wednesday bertolak ke tempat-tempat lain - kadang Shadow sendirian, kadang bersama Wednesday - dan menemui banyak karakter lain, yang dari namanya kita sudah tahu bahwa mereka dewa-dewi. Contohnya Czernobog, yang menantang Shadow main dam; tiga Zorya; Ibis dan Anubis; Easter; Mr. Nancy; Mama-ji; dan banyak lagi . Di samping mereka, ada juga karakter yang bagai dewa yang mewakili teknologi modern. Dewa lama dan dewa baru - mereka bermusuhan.
Shadow pun terjebak dalam perang itu - yang pertandanya terasa, bagai badai besar yang akan datang. Dalam situasi ini, mimpi-mimpinya sering dikunjungi makhluk berkepala sapi yang memberinya petunjuk-petunjuk. Konflik antara dewa lama dan baru semakin memburuk, berpuncak pada pembunuhan Wednesday. Sesuai janjinya, Shadow melakukan upacara kematian untuk Wednesday. Setelah inilah kebenaran tentang apa yang terjadi terkuak...
Tetapi rangkuman di atas hanya kasaran dan hanya menggambarkan alur utama saja. Banyak sub-plot di dalam novel ini, dan ada bab-bab yang terasa benar-benar tidak nyambung dengan isi buku keseluruhan. Walaupun isi bab-bab itu menarik, terasa seperti cuma selipan.
Secara keseluruhan Neil Gaiman melakukan retelling yang saya sukai. Ooooh, pada akhirnya ada juga buku retelling mitologi yang tidak menjadikan dewa Yunani dan Mesir sebagai tokoh utama! Gaiman mengangkat dewa-dewa dari mitologi yang jarang disorot, yakni mitologi Celtic dan Slavic, bahkan Indian. Ada mitologi India juga, India yang di Asia ya. Asyik. Rasanya puas sekali.
Saya juga menyukai konsepnya tentang dewa-dewi. Itu konsep yang workable. Saya suka buku ini, jauh lebih suka American Gods daripada seri Nicholas Flamel.
Terus endingnya, pengungkapan solusinya, bener-bener top. Kenapa? Karena benar-benar mengejutkan, tidak disangka-sangka. Rasanya seperti dipukul saat kamu lagi tidak menyangka sama sekali. Neil Gaiman juga pintar menyelipkan petunjuk-petunjuk tentang jati diri sebenarnya suatu karakter, baik lewat nama maupun lewat dialog karakter. Contohnya Mr. Wednesday. Jati dirinya sebagai Odin ditunjukkan lewat namanya (Wednesday -> Woden's Day -> Odin's Day), matanya yang palsu sebelah, tongkat yang dibawanya, dan dialognya.
Tapi novel ini kompleks (walaupun rasanya lebih simple dari Deathless, pada akhirnya, saya gadis yang berpikiran sederhana saja).
Buku ini bener-bener memuaskan saya. Ketebalan dan kekompleksan
isinya membuat buku ini tidak cepat habis. Ceritanya yang membangkitkan
rasa ingin tahu dan perasaan 'mau dibawa ke mana kita setelah ini'
membuat saya berhasil membaca buku ini tanpa skipping.
Rasanya saya sudah bingung mau menulis apa lagi, saya rasa cukup saja. Buku ini rasanya sempurna. Sepuluh bintang buat Neil Gaiman, dan saya akan selalu menunggu adikarya berikutnya dari beliau.
Kutipan favorit? Entah kenapa, kutipan ini.
"Setelah ini semua selesai, kurasa aku akan menajamkan sebatang mistletoe lalu pergi ke pohon ash itu, dan menghunjamkannya ke matanya. Itu yang tidak bisa dipahami semua orang tolol di luar sana yang sedang berperang. Ini semua hanya perkara pola." - Mr. World
Toast! This is mead, by the way |
Sumber:
gambar mead : http://beerobsessed.com/blog/wp-content/uploads/2009/02/mead_glass02.jpg
gambar sampul dan sinopsis : gramediapustakautama.com
No comments:
Post a Comment